oplus_0

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Malam ini kita datang membawa banyak hal di dalam hati. Ada yang datang dengan sukacita, tetapi tidak sedikit pula yang datang dengan beban. Ada yang terlihat tersenyum, namun menyimpan kelelahan, kekhawatiran, bahkan luka yang belum sembuh. Natal sering kali dibungkus dengan cahaya dan nyanyian, tetapi kehidupan sehari-hari kita tidak selalu seindah kartu Natal. Justru di situlah kabar Natal menjadi begitu berarti.

Firman Tuhan dalam Titus 2:11–14 berkata bahwa kasih karunia Allah telah nyata dan menyelamatkan semua manusia. Kata “telah nyata” sangat penting. Artinya, Allah tidak menunggu dunia menjadi lebih baik baru Ia datang. Allah tidak menunggu hidup kita rapi, iman kita kuat, atau masalah kita selesai. Ia datang justru ketika dunia lelah, ketika manusia bingung arah, ketika hati kita penuh pertanyaan. Natal adalah tanda bahwa Allah masuk ke dalam realitas hidup kita yang sesungguhnya.

Mazmur 96 mengajak seluruh bumi untuk bersorak-sorai karena Tuhan datang memerintah dengan keadilan dan kebenaran. Di tengah berita tentang ketidakadilan, korupsi, kekerasan, dan krisis yang silih berganti, mazmur ini mengingatkan kita: dunia tidak dibiarkan berjalan tanpa tujuan. Tuhan tidak jauh dan tidak tuli. Ia tetap bekerja, meskipun sering kali dengan cara yang tidak langsung kita pahami. Pengharapan bukan berarti menutup mata terhadap kenyataan, tetapi percaya bahwa Tuhan tetap berdaulat di tengah kenyataan yang sulit.

Kisah Natal dalam Lukas 2:1–14 membawa kita ke palungan yang sederhana. Yesus lahir bukan di tempat yang nyaman, melainkan di tengah keterbatasan. Kepada para gembala—orang-orang biasa, bahkan dianggap rendah—malaikat menyampaikan kabar terbesar: “Jangan takut.” Kalimat ini sangat relevan bagi kita hari ini. Jangan takut menghadapi hari esok. Jangan takut karena keadaan ekonomi yang tidak menentu. Jangan takut karena relasi yang retak, kesehatan yang menurun, atau masa depan yang terasa kabur. Allah hadir, dan kehadiran-Nya adalah sumber damai sejahtera.

Saudara-saudari, pengharapan Natal bukanlah janji bahwa semua masalah akan langsung hilang. Maria dan Yusuf tetap harus menjalani hidup yang berat. Para gembala tetap kembali ke pekerjaan mereka. Namun ada satu hal yang berubah: mereka tidak lagi sendirian. Allah menyertai. Inilah pengharapan sejati—bukan hidup tanpa masalah, tetapi hidup yang disertai Tuhan.

Tema kita, “Bersama Menghadirkan Pengharapan,” mengingatkan bahwa pengharapan itu perlu dihadirkan, bukan hanya dibicarakan. Dunia kita hari ini haus akan pengharapan yang nyata. Bukan sekadar kata-kata rohani, tetapi kehadiran yang peduli. Saat seseorang didengarkan tanpa dihakimi, di situlah pengharapan hadir. Saat kita berbagi dengan yang kekurangan, bersabar di tengah perbedaan, dan setia melakukan yang benar meski tidak mudah, di situlah terang Natal bersinar.

Kita mungkin merasa kecil dan tidak berdaya. Namun ingatlah, Allah memulai karya besar-Nya dari palungan yang kecil. Ia juga dapat memakai hidup kita yang sederhana untuk menjadi saluran kasih-Nya. Pengharapan itu bertumbuh ketika kita berjalan bersama—sebagai keluarga, sebagai jemaat, sebagai sesama manusia yang saling menopang.

Malam Natal ini, mari kita membuka hati bagi Kristus yang datang dengan lembut. Biarlah kasih karunia-Nya menguatkan kita menghadapi hari esok. Dan ketika kita melangkah keluar dari tempat ini, marilah kita membawa terang itu ke dalam kehidupan sehari-hari. Sebab bersama Tuhan, dan bersama satu sama lain, kita dipanggil untuk menghadirkan pengharapan di dunia yang sedang lelah. Amin.

Disarikan dari :Khotbah Malam Natal, 24 Desember 2025 Pukul 18.00–19.30 di GKI Maulana Yusuf 20 Bandung