oplus_3

I Raja-raja 3:5-14 dan Yohannes 8:12-19.

Di penghujung tahun 2025, kita kembali diajak untuk berhenti sejenak. Bukan sekadar menghitung hari yang telah berlalu, tetapi menimbang hidup dengan hati yang jujur. Ada cerita keberhasilan yang patut disyukuri, namun ada pula doa-doa yang belum terjawab, rencana yang tertunda, bahkan harapan yang terasa pupus. Tutup tahun adalah ruang hening di mana Tuhan mengundang kita untuk menilai kehidupan, bukan dengan emosi sesaat, melainkan dengan hikmat.

Dalam 1 Raja-raja 3:5–14, Salomo berdiri di awal pelayanannya. Ia masih muda, belum berpengalaman, dan sadar bahwa tanggung jawab yang diembannya jauh lebih besar dari kemampuannya. Ketika Tuhan memberinya kesempatan untuk meminta apa saja, Salomo tidak meminta keberhasilan instan atau hidup yang mudah. Ia meminta hikmat, hati yang mampu membedakan yang baik dan yang jahat. Permintaan ini lahir dari kerendahan hati dan kejujuran: pengakuan bahwa tanpa Tuhan, ia tidak sanggup menjalani panggilannya.

Di akhir tahun ini, kita pun diajak memiliki sikap yang sama. Menilai kehidupan dengan hikmat berarti berani melihat setiap peristiwa dalam terang Kristus. Terang itulah yang dibicarakan Yesus dalam Yohanes 8:12–19: “Akulah terang dunia.” Tanpa terang, kita mudah terjebak pada penilaian yang keliru, menganggap kegagalan sebagai akhir segalanya, atau kesuksesan sebagai bukti kekuatan diri. Namun dalam terang Kristus, kita belajar melihat lebih dalam dan lebih luas.

Mungkin sepanjang tahun ini ada cita-cita yang belum tercapai. Target yang meleset. Relasi yang belum pulih. Doa yang terasa menggantung. Dalam terang Kristus, kita tidak dipanggil untuk menyangkal kekecewaan itu, tetapi juga tidak tinggal terkurung di dalamnya. Hikmat menolong kita melihat bahwa apa yang belum tercapai bukan selalu tanda kegagalan, melainkan bisa menjadi bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar, rencana yang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih tekun, lebih rendah hati, dan lebih bergantung kepada-Nya.

Sering kali Tuhan tidak mengubah keadaan secepat yang kita harapkan, karena Ia sedang mengubah hati kita terlebih dahulu. Ketika rencana kita tertunda, Tuhan mengajar kita untuk lebih giat, bukan putus asa. Ketika jalan terasa berat, Tuhan mengundang kita untuk lebih mengandalkan-Nya, bukan mengandalkan kekuatan sendiri. Ketika waktu terasa lama, Tuhan melatih kita untuk bersabar dan percaya bahwa waktu-Nya selalu tepat.

Menilai kehidupan dengan hikmat juga berarti belajar berkata, “Tuhan, aku belum mengerti semuanya, tetapi aku percaya Engkau memimpin.” Terang Kristus tidak selalu membuat jalan menjadi mudah, tetapi selalu membuat arah menjadi jelas. Kita mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi di tahun 2026, namun kita tahu siapa yang berjalan bersama kita.

Akhir tahun ini bukan saat untuk menghakimi diri dengan keras, melainkan saat untuk menyerahkan kembali hidup kepada Tuhan. Dalam terang Kristus, kita boleh melihat masa lalu dengan syukur, melihat kegagalan dengan iman, dan melihat masa depan dengan pengharapan. Hikmat menolong kita memahami bahwa hidup bukan hanya tentang hasil, tetapi tentang proses dibentuk di tangan Tuhan.

Saat kita melangkah memasuki tahun 2026, marilah kita membawa satu doa sederhana namun mendalam: “Tuhan, ajarlah kami menilai setiap peristiwa dengan hikmat-Mu.” Hikmat untuk bekerja lebih setia, berharap lebih teguh, bersabar lebih panjang, dan percaya lebih penuh. Sebab dalam terang Kristus, bahkan jalan yang berliku pun dapat membawa kita semakin dekat kepada rencana Tuhan yang indah. Amin.

Sari Khotbah Kebaktian Tutup Tahun 2025 – Menyongsong 2026, GKI Maulana Yusuf Bandung.