Akhirnya Aku Nyaleg (Nyalon Anggota Legislatif)
Tahun ini, 2024 saya kembali nyaleng ke DPR RI Dapil umut II, setelah tahun 2009, saat itu setelah lebih dari 15 tahun saya, Bernard Simamora, jadi pengamat pendidikan, sosial, kemasyarakatan dan pendidikan, hingga satu tahun lalu belum terpikir akan mencalonkan diri menjadi anggota legilatif DPRD Jawa Barat dari Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) yang akhirnya tidak lolos ke Senayan. Saat itu, memasuki tahun ke-17 (sejak tahun 1991) menjadi praktisi pendidikan mulai dari kursus-kursus, sekolah lanjutan dan Perguruan Tinggi; dan menginjak tahun ke-4 memasuki dunia pers di industri media massa, mulai terpikirkan menjadi Calon Anggota Legislatif atau Caleg.
Mengapa? Saat itu saya mulai merasa, ada banyak hal yang dapat saya lakukan bilamana duduk sebagai anggota legislatif. Saya berpikir, dengan kekayaan negara yang begini melimpah, kebanyakan rakyat kok belum juga sejahtera di ulang tahun kemerdekaan negaranya yang ke 63 ini, pendidikan untuk semua alanorang secara gratis kok tidak juga dapat direalisir, kesempatan individu warga negara untuk berkembang menggali potensi semaksimalnya belum juga difasilitasi negara. Ada apa, mengapa, dan bagaimana?
Dalam skala yang sangat mikro, saya telah membuka usaha dan kegiatan bisnis kecil-kecilan, membuka sekolah kecil-kecilan, membuka perguruan tinggi kecil-kecilan dengan ketersediaan modal yang sangat-sangat kecil-kecilan yang hanya bersumber pada akumulasi beasiswa saya waktu berkuliah di ITB – alias, tanpa modal. Toh, bisa jalan, bisa terjadi, bisa membuka lapangan kerja, bisa mendidik secuil putra bangsa ini! Sementara kita menyaksikan, kekayaan negara – bangsa yang begitu melimpah tidak secara efektif dapat digunakan penyelenggara negara untuk membangun sendi-sendi kehidupan bangsa yang menyejahterakan rakyat.
Ironisnya, justru lebih dari separuh perhatian kita sebagai bangsa bukan untuk menyejahterakan rakyat. Kita sibuk berpolitik, mencari kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, dengan segala bentuk upaya dan gonjang-ganjingnya. Akibatnya, korupsi merajalela dimana-mana, dagang perkara di lembaga-lembaga penegak hukum, menyogok rakyat dengan kesejahteraan semu alias memberi ikan – alih-alih memberi kail. Penyelenggara negara telah terlalu bangga dengan prestasinya ketika melakukan sesuatu yang hanya bersifat normatif dan asal berj.
Terlalu panjang yang ingin saya uraikan di sini, yang mungkin akan saya lanjutkan esok lusa. Tetapi satu hal, saya kini memilih mencalonkan diri jadi Anggota DPRD Jawa Barat melalui Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), semata-mata didasari keinginan luhur untuk menjadi agen perubahan bagi bangsa, khususnya di Jawa Barat, agar peneyelenggara pemerintahan lebih mengutamakan rakyatnya, alih-alih kekuasaan, harta dan kekuasaan pribadi pejabat. Rakyatlah (yang saya bakal wakili) yang utama, bukan gubernur, kepala dinas, atau bahkan presiden. Rakyat yang bakal saya wakili yang perlu sejahtera, terdidik, menikmati keberagaman sebagai harmoni, menikmati situasi dimana ia bisa mengembangkan diri dan potensinya secara maksimal, bukan diklat-diklat pejabat atau pemborosan anggaran yang menggerogoti negara tetapi hasilnya biasa-biasa bahkan alpha.
(bersambung)…