Oleh: Bernard Simamora, S.Si., S.IP., S.H., M.H., M.M.
Ketika Demokrasi Hanya Ilusi
Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Kita punya pemilu, parlemen, dan kebebasan berbicara. Tapi siapa yang sebenarnya punya kuasa menentukan arah kebijakan dan penggunaan kekayaan negara?
Di balik panggung demokrasi, ada aktor yang bekerja dalam diam—mengatur banyak hal dengan kekuatan uang dan koneksi kekuasaan. Mereka disebut oligarki. Siapa mereka? Bagaimana mereka bekerja? Apa dampaknya bagi kita sebagai rakyat? Artikel ini mencoba menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami.
Apa Itu Oligarki dan Bagaimana Ia Bekerja di Indonesia?
Secara sederhana, oligarki berarti kekuasaan yang hanya dikuasai oleh segelintir orang—biasanya elite kaya yang punya kedekatan dengan penguasa. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani: oligos (sedikit) dan arkhein (memerintah).
Di Indonesia, oligarki semakin nyata setelah reformasi 1998. Reformasi seharusnya membuka jalan bagi demokrasi dan keadilan sosial. Namun, kenyataannya, elite lama hanya berganti wajah, dan mereka masih mengendalikan partai politik, lembaga negara, serta sumber daya ekonomi.
Para oligark ini tidak selalu duduk di pemerintahan, tapi mereka punya pengaruh besar dalam menyusun undang-undang, menentukan proyek, bahkan memilih siapa yang bisa maju dalam pemilu.
Kenapa Oligarki Bisa Terlihat “Bermanfaat”?
Beberapa kalangan berpendapat bahwa oligarki punya sisi positif, terutama dalam konteks pembangunan:
- Keputusan cepat.
Karena kekuasaan hanya di tangan sedikit orang, keputusan bisa dibuat lebih cepat. Ini dianggap penting untuk investasi dan proyek infrastruktur. - Investasi besar.
Oligark punya uang besar untuk mengembangkan industri strategis seperti energi, teknologi, dan konstruksi. - Stabilitas politik.
Dengan elite yang saling menjaga, situasi politik cenderung stabil, dan ini menarik bagi investor asing.
Tapi, manfaat ini hanya dirasakan oleh segelintir, bukan rakyat kebanyakan. Pembangunan yang cepat tanpa kontrol publik justru membuka peluang besar untuk korupsi, pemborosan, dan ketimpangan sosial.
Bahaya Oligarki: Demokrasi dalam Bahaya
Di balik ilusi manfaat, oligarki menyimpan berbagai bahaya serius bagi bangsa:
- Demokrasi Rusak
Pemilu dan partai politik jadi alat jual beli kekuasaan. Rakyat memilih, tapi hasilnya ditentukan oleh modal dan jaringan elite. - Ekonomi Tidak Adil
Akses ke tanah, tambang, proyek pemerintah, bahkan perbankan, lebih mudah didapat oleh segelintir konglomerat. UMKM dan petani kecil kalah sebelum bertanding. - Korupsi Terstruktur
Dengan kekuasaan yang dikendalikan dari balik layar, kebijakan dibuat untuk menguntungkan kelompok tertentu. Penegak hukum pun tak berdaya jika berhadapan dengan “orang besar”. - Partisipasi Rakyat Disingkirkan
Mekanisme seperti musyawarah, konsultasi publik, atau audiensi hanya jadi formalitas. Keputusan penting sudah diambil sebelumnya, tanpa suara rakyat. - Nilai-Nilai Bangsa Luntur
Ketika kekuasaan bisa dibeli, hukum bisa dinego, dan proyek bisa dibagi-bagi, maka anak muda akan belajar bahwa prestasi bukan kunci sukses—tapi koneksi dan kompromi.
Contoh Praktik Oligarki di Indonesia
Oligarki di Indonesia bisa dikenali lewat pola-pola berikut:
- Konglomerat bisnis menguasai partai politik, lalu mendorong kebijakan pro-modal.
- Penguasaan lahan besar-besaran oleh grup usaha yang punya akses ke istana.
- UU Cipta Kerja dan UU Minerba yang berpihak pada pemilik tambang, bukan buruh dan lingkungan.
- Media dimiliki elite politik, lalu digunakan untuk membentuk opini publik yang sesuai kepentingan mereka.
Masa Depan: Apa yang Bisa Dilakukan Rakyat?
Melawan oligarki bukan soal membenci orang kaya. Ini soal menolak sistem yang membuat segelintir orang bisa mengatur negara sesuka hati.
Langkah yang bisa dilakukan:
- Jangan jual suara dan harga diri saat pemilu.
- Dorong transparansi dalam anggaran, proyek, dan kebijakan.
- Dukung media yang independen dan kritis.
- Tolak undang-undang yang disusun diam-diam oleh elite.
- Gabung dalam gerakan masyarakat sipil yang memperjuangkan keadilan.
Perubahan tidak datang dari atas. Ia tumbuh dari bawah—dari kesadaran dan keberanian rakyat.
Republik untuk Siapa?
Oligarki adalah tantangan nyata bagi demokrasi Indonesia. Ia menciptakan ilusi kebebasan, sementara kekuasaan sesungguhnya dikuasai oleh segelintir tangan. Jika dibiarkan, kita hanya akan punya demokrasi formal tanpa keadilan substansial.
Kini saatnya bertanya:
Apakah kita masih hidup dalam negara rakyat, atau hanya jadi penonton di negeri para pemilik modal?
Catatan:
Artikel ini ditujukan sebagai bahan edukasi politik publik. Silakan disebarluaskan, dikutip, atau dijadikan bahan diskusi demi meningkatkan kesadaran bersama.