Hari ini kita memperingati Hari Paskah yaitu hari kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atas maut. Kisah kebangkitan Kristus menjadi suatu tantangan penyelidikan para ahli ilmu pengetahuan. Karena dari sudut ilmu pengetahuan tidaklah mungkin seorang manusia yang telah mati dapat bangkit kembali. Kisah kebangkitan Kristus yang disaksikan oleh Alkitab merupakan suatu yang tidak mungkin (impossible) dan bertentangan dengan prinsip hukum alam. Penyingkapan kisah kebangkitan Kristus memang tidak mungkin dianalisa dan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Pendekatan ilmu pengetahuan memiliki keterbatasan untuk menjangkau suatu rahasia ilahi seperti paskah.
Rasul Paulus berkata: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (I Kor. 15:14). Dasar iman Kristen berpijak kepada kematian dan kebangkitan Kristus. Manakala Kristus tidak dibangkitkan, maka iman kita kepada Kristus sia-sia belaka. Bahkan, “… jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (I Kor. 15:17). Jelaslah, seandainya kebangkitan Kristus tidak terjadi secara faktual, konsekuensinya akan menempatkan orang-orang Kristen tetap hidup dalam dosa. Dengan perkataan lain, iman kepada kebangkitan Kristus merupakan sesuatu yang mutlak dan sangat menentukan keselamatan umat Kristen. Dengan kebangkitanNya, Kristus telah mengalahkan kuasa maut. Dalam I Kor. 15:26, dikatakan, “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut”. Jadi tanpa kebangkitan Kristus, maka kuasa maut tetap menjadi penguasa bagi setiap umat manusia, sehingga akhirnya umat manusia tidak mampu hidup dalam keselamatan dan pengharapan kepada Allah.
Melalui kebangkitan Kristus, Allah telah menyatakan kemuliaan dan kuasaNya kepada umat manusia, Allah menyatakan karya kreatifNya terjadi di dalam sejarah kehidupan umat manusia. Dalam Yes. 65:17, disaksikan: “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru, dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati”. Jadi kuasa kreatif Allah di dalam kebangkitan Kristus bukan hanya bertujuan untuk membangkitkan Kristus dari kuasa maut atau kematian. Lebih dari pada itu melalui kebangkitan Kristus, Allah telah menaklukkan kuasa maut sehingga di dalam iman kepada Kristus, umat percaya kini dapat memperoleh keselamatan dan pengampunan dosa. Dengan kebangkitan Kristus, tercipta suatu kehidupan yang baru sebagaimana yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya, yaitu penciptaan langit dan bumi yang baru. Karena itu, pembuktian ilmiah kebangkitan Kristus menjadi tidak relevan. Dalam memahami kebangkitan Kristus lebih penting adalah apakah sebagai orang kristen kita sungguh-sungguh mengalami dampak dan pengaruh kuasa kebangkitan Kristus.
Spiritualitas Kristiani seringkali masih berorientasi kepada kubur kosong dengan jenasah Yesus yang telah tiada. Dengan spiritualitas yang demikian, iman Kristen tidak memiliki semangat hidup atau daya juang dalam menghadapi persoalan dan tantangan hidup. Pada hari Minggu itu para murid memang tidak menemukan jenasah Kristus, tetapi mereka belum percaya bahwa Tuhan Yesus bangkit. Dalam hal ini lenyapnya jenasah Kristus hanya dianggap oleh para murid karena jenasahNya telah dipindah atau dicuri orang, sehingga mereka menjadi sedih dan gelisah. Spiritualitas kubur kosong tidak menghasilkan kekuatan iman yang berpengharapan. Sebaliknya spiritualitas kubur kosong yang dialami oleh para murid pada waktu itu hanya melahirkan perasaa kecewa, sedih, dan tanpa pengharapan. Mereka hanya kebingungan dan tidak tahu apa yang harus diperbuat ketika mereka menyaksikan jenasah Kristus tidak ada lagi di tempatnya. Di tengah-tengah kebingungan mereka, malaikat Allah bertanya kepada para murid, yaitu: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Luk. 24:5). Pertanyaan dari malaikat itu menyentakkan kesadaran para murid, bahwa Tuhan Yesus hidup kembali, dan Dia kini tidak lagi berada di antara orang mati.
Dengan spiritualitas kubur kosong, kita tidak akan sanggup menghadapi berbagai persoalan, kepahitan, kesusahan dan kegagalan dalam kehidupan ini. Sebab dengan spiritualitas kubur kosong orientasi kita seperti sikap para murid yang sia-sia mencari Kristus di antara orang-orang mati. Dengan orientasi demikian, kita menganggap karya keselamatan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus telah berakhir.
Karya keselamatan Allah di dalam kematian Kristus tidak berakhir di dalam kubur. Mazmur 118:7, berkata: “Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceriterakan perbuatan-perbuatan Tuhan”. Dengan menyikapi berita kebangkitan Kristus dengan iman, kita dimampukan untuk melihat kenyataan kehidupan dan berbagai persoalannya dengan perspektif dan kekuatan iman yang baru. Spiritualitas yang didasarkan kepada kebangkitan Kristus bukanlah sekedar kompensasi karena kita gagal dan putus-asa dalam menghadapi kenyataan kehidupan. Sebaliknya spiritualitas yang didasarkan kepada kebangkitan Kristus memurnikan kita dari berbagai gejolak dan konflik-konflik masa lalu yang pahit. Sehingga kita dimampukan untuk menemukan makna kehidupan ini dengan lebih berhikmat dan ucapan syukur. Mazmur 118:1 berkata: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih-setiaNya”.
Jika demikian, bagaimana bentuk spiritualitas kita? Apakah spiritualitas kita berorientasi kepada kubur kosong, tanpa pengharapan dan tanpa Kristus yang bangkit? Apakah mempertanyakan kebangkitan Kristus secara ilmiah? Ataukah kita lebih cenderung kepada upaya pembuktian secara nyata kuasa kebangkitan Kristus dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah keluarga, jemaat, pekerjaan, profesi, masyarakat, dan bernegara? Upaya pembuktian kuasa kebangkitan tersebut secara nyata, kita lebih mengutamakan kesediaan untuk berperan dalam karya keselamatan Allah di tengah-tengah “kematian” secara moral, etika, kejujuran, kemurahan hati, ketulusan, kasih, dan hati-nurani. Kuasa kebangkitan Kristus memampukan kita untuk menjadi “agen-agen perubahan”, sehingga di mana saja kita hadir di di tengah-tengah masyarakat, disanalah pencerahan yang membangun dan yang memulihkan dapat terjadi. Pertanyaan para malaikat kepada para murid, yaitu: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Luk. 24:5), menjadi suatu spritualitas dalam kehidupan kita, yaitu: “Menghadirkan Kristus yang hidup di tengah-tengah kematian dan yang tanpa pengharapan”.
Yes 65:17-25 | Maz 118: 1-2, 13-23 | 1 Kor 15:19-26 | Luk 24:1-12
Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Amin !
Disarikan oleh Bernard Simamora, dari Khotbah Pendeta Wee Wilyanto, Minggu 31 Maret 2013 di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Maulana Yusuf Bandung.
Eksplorasi konten lain dari Bernard Simamora
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.