Selamat Malam, Pujaan Hati.
(Puisi 001)
Selamat malam, kau pujaan hati di kejauhan sana,
Pemilik cinta, berjuta rasa yang begitu mesra.
Padamulah makna hidupku tertata indah,
Kau adalah dermaga, tempat gelora hatiku berserah.

Cintamu meramu rindu dengan kelembutan pekat,
Tiada ruang untuk penat atau luka yang tersirat.
Dalam pelukan bayangmu yang tak bertepi,
Wajahmu selalu hadir, impian yang tak pernah pergi.

Setiap malam yang sunyi, kutitipkan rinduku padamu,
Menanti waktu di mana kita kan bersatu.
Hingga saat itu tiba, ku peluk kenangan kita,
Cinta yang abadi, meski terpisah oleh jarak dan masa.

Engkaulah yang ku inginkan, hingga akhir perjalanan,
Dalam tiap hembusan nafas, ada namamu yang berperan.
Selamat malam, cintaku yang jauh namun abadi,
Kau tetap ku miliki, dalam setiap detik yang ku jalani.

Cintailah Aku.
(Puisi 002)
Cintailah aku sepenuh hatimu,
Sebagaimana aku mencintaimu, wahai kekasihku.
Engkaulah pilihan yang tak pernah ku ragukan,
Temani hidupku kini, dan selamanya.

Di antara berjuta bintang, ku memilihmu,
Hanya engkaulah yang tinggal di hatiku.
Kau pun memilihku, dalam bisikan lembut takdir,
Mari jalani kisah cinta, yang takkan lekang oleh waktu.

Cintailah aku dengan segenap jiwamu,
Sebab hanya engkaulah yang kuinginkan.
Bersama kita, takkan pernah terpisahkan,
Teman hidupku, hingga akhir perjalanan.

Kau adalah cahaya dalam setiap langkahku,
Bersamamu, hidup penuh makna nan syahdu.
Janji setia terukir dalam relung hati,
Cinta kita abadi, tak pernah pudar oleh masa.

Di antara semua rasa, hanya dirimu yang kuinginkan,
Kau pun menggenggam tanganku, menjadikannya selamanya.
Mari kita arungi masa depan, dalam cinta yang murni,
Tak ada yang bisa merenggut kita dari kasih yang hakiki.

Tak ada yang lebih indah selain kita berdua,
Menyatu dalam cinta yang tak pernah sirna.
Kau dan aku, takkan pernah terpisah,
Cinta ini kekal, selamanya abadi.

Cintailah aku, dan aku kan mencintaimu,
Kita berdua, hingga waktu tak lagi berarti.
Dalam pelukan cinta, kita akan bersama,
Teman hidup selamanya, hingga akhir masa.

Tanpamu.
(Puisi 003)
Sepanjang hari dan malam, tanpamu di sini
Hanya sisa-sisa rasa yang mampu ku mengerti
Hari-hari terasa dingin, begitu panjang
Aku tak tahu, berapa lama lagi bisa bertahan

Malam-malam kelabu, sepi merangkul hati
Kadang-kadang, ku tak sanggup menahan diri
Tanpamu, segalanya terasa berakhir
Aku tersesat, kehilangan arah dan pijar

Kau tak hanya cinta, tapi sahabat terbaik
Tanpamu, ku terombang-ambing tanpa pendamping
Aku hitung tiap detik, siang dan malam yang hampa
Menunggu hingga saatnya kita bersama

Hingga hari itu tiba, ku kirimkan rinduku
Bersama semua cinta, tak pernah berkurang untukmu.

Cinta SMA yang Tak Terungkap.
(Puisi 004)
Di masa sekolah, kita sering bersama,
Hatiku bergetar setiap kali menatapmu.
Namun bibirku bungkam, tak mampu mengungkap rasa,
Cinta yang terpendam, ku simpan dalam keheningan malam.

Waktu terus bergulir, membawa kita pada jalur berbeda,
Kau melanjutkan studi, aku pun menjauh dalam perjalanan.
Tak ada kata yang terucap, tak ada kesempatan berpadu,
Cinta pertama itu kini hanya selembar kenangan.

Kini hanya kenangan yang tersisa,
Cinta yang tak pernah terucapkan.
Mungkin kau telah menemukan kebahagiaan bersama yang lain,
Aku pun demikian, namun hati ini tetap bertanya,
Di manakah kau kini berada,
Semoga bahagia, bersama siapa pun yang kau cinta.

Berlalu berpuluh tahun, tanpa bertemu lagi,
Hidup kita melaju dalam arah yang berbeda.
Sering terbayang senyummu di hari-hari sekolah,
Namun kini semua itu hanya serpihan memori.

Kita punya kisah, meski tak sempurna,
Cinta yang tak terungkap, tersimpan dalam jiwa.
Tak mungkin ku ulangi, tak mungkin ku cari kembali,
Semoga kau bahagia, doaku untukmu abadi.

Andai waktu bisa ku putar kembali,
Mungkin ku berani mengungkapkan rasa hati.
Namun hidup terus melaju, tak bisa diulang,
Cinta itu kini hanyalah kenangan yang tersisa.

Selamat tinggal, cinta masa SMA,
Semoga bahagia di mana pun kau berada.

Kau Pergi Takkan Kembali
(Puisi 005)
Telah lama kita berjanji
Akan bersama, hingga waktu tak berbicara.
Namun takdir memilih jalannya,
Kau pergi, meninggalkan kesunyian dalam hidupku.

Hatiku hancur, kata tak sanggup terucap,
Kau telah tiada, kembali kepada-Nya.
Tiada yang bisa menggantikanmu,
Kini aku sendiri, mengenang cintamu yang abadi.

Setiap langkah yang ku tapaki,
Hanya bayangmu setia menemani.
Dalam kesepian, aku terpuruk,
Merindukanmu yang takkan pernah kembali.

Hatiku hancur, tak mampu berkata,
Kau telah tiada, kembali kepada-Nya.
Tak ada yang bisa menggantikanmu,
Kini aku sendiri, mengenang cintamu yang tersisa.

Di setiap doa, ku sampaikan rindu ini,
Betapa ku berharap kau ada di sini.
Semoga kau tenang di sisi-Nya,
Aku hanya bisa mengenang cinta kita, yang kini tinggal kenangan.

Hatiku hancur, kata tak mampu terucap,
Kau telah tiada, kembali kepada-Nya.
Tak ada yang bisa menggantikanmu,
Kini aku sendiri, mengenang cintamu, yang abadi di dalam jiwa.

Ku terus melangkah meski tanpamu,
Kenangan kita ku simpan selamanya.
Meski duka mengiringi perjalanan ini,
Cinta kita abadi, meski tak bersatu dalam nyata.

Jangan Lupakan Aku
(Puisi 006 oleh)
Saat langkahku menjauh dari sisimu,
Ku harap kenangan indah itu tetap dalam ingatanmu.
Setiap detik, namamu hadir di hatiku,
Jangan lupakan cinta yang pernah kita miliki.

Kekasih, ingatlah selalu padaku,
Meski jarak memisah, cinta kita satu.
Ku menantimu di sini, sepanjang waktu,
Kekasih, ingatlah selalu padaku.

Walau ruang dan waktu menjauhkan kita,
Cinta kita terukir dalam jiwa yang abadi.
Di setiap malam, ku berharap hadirmu,
Kisah kita takkan pernah berakhir, selamanya.

Kekasih, ingatlah selalu padaku,
Meski jarak memisah, cinta kita satu.
Ku menantimu di sini, setiap waktu,
Kekasih, ingatlah selalu padaku.

Badai takkan menggoyahkan cinta ini,
Kenangan indah terukir dalam hati.
Saat kau merasa sepi, pandanglah langit tinggi,
Cinta kita abadi di sana, selamanya.

Kekasih, ingatlah selalu padaku,
Meski jarak memisah, cinta kita satu.
Ku menantimu di sini, sepanjang waktu,
Kekasih, ingatlah selalu padaku.

Jangan pernah lupa, ku di sini menanti,
Dalam doa, namamu ku sebut lagi.
Cinta kita tetap, meski jarak memisah,
Kekasih, ingatlah aku, selamanya.

Peluklah Aku
(Puisi 007)
Dalam lelah dan gundah yang mendalam,
Di setiap langkah yang terasa berat,
Aku masih di sini, menawar cinta,
Untukmu, selamanya, hingga akhir waktu tiba.

Jangan pernah lepaskan genggamanku,
Karena bersamamu, hatiku menemukan arah,
Tetaplah menetap dalam ruang hatiku,
Hidup lebih indah saat kita bersama, berdua.

Peluklah tubuhku, jangan lepaskan,
Kita akan bertahan, meski badai menghadang,
Tabahlah berjuang bersamaku,
Hidup ini lebih baik, saat langkahku menuju kamu.
Menatap matamu, duniaku penuh rindu,
Seusia hidupku ingin memilikimu, selamanya indah bersamamu.

Dalam setiap senja dan fajar baru,
Kamu tetap jadi tujuan hatiku,
Tak akan pernah lelah,
Mencintaimu dalam setiap detik yang berlalu.

Jangan pernah lepaskan genggamanku,
Bersamamu, semua luka terasa hilang,
Tetaplah tinggal di hati yang terbuka,
Bersama, kita melangkah penuh cinta.

Peluklah tubuhku, jangan lepaskan,
Kita akan bertahan, meski badai menghadang,
Tabahlah berjuang bersamaku,
Hidup ini lebih baik, saat langkahku menuju kamu.
Menatap matamu, duniaku penuh rindu,
Seusia hidupku ingin memilikimu, selamanya indah bersamamu.

Jika hari terasa gelap, kita akan tetap menyala,
Dengan cinta yang takkan pernah pudar,
Peluklah aku, jangan pernah ragu,
Kita akan kuat, saat cinta jadi arah tuju.

Peluklah aku, selamanya bersamamu,
Tabahlah berjuang, kita akan mampu,
Selalu menetap di hatiku,
Seusia hidupku, aku memilihmu.

Andai Aku…
(Puisi 008)
Andai aku jadi angin, kasih,
Ku terbangkan rindu dalam hembusan lembut,
Menyentuh hatimu, menghapus jarak
Yang kini memisahkan kita dalam keheningan.

Andai aku jadi air, sayang,
Ku hanyutkan duka yang pernah melukai,
Membawa pergi segala pedih yang ada,
Tanpa kata, biarkan semua berlalu pergi.

Namun aku hanyalah manusia
Tak mampu jadi apa-apa selain mencintaimu,
Dengan segenap rasa yang tak pernah hilang,
Meski waktu terus berlalu, kasih.

Andai aku jadi senja, ku hiasi senyummu
Walau hanya sementara, tanpa luka tersisa,
Hanya ada cinta yang menyala dalam mata,
Andai aku bisa, takkan pernah ku biarkanmu terluka.

Andai aku jadi bintang di langit malam,
Ku sinari malam-malam sepi tanpa hadirmu,
Menerangi jalanmu dengan cahaya lembut,
Hingga kau temukan hangat cinta dalam pelukku.

Namun aku hanyalah manusia
Tak mampu jadi apa-apa selain mencintaimu,
Dengan segenap rasa yang tak pernah hilang,
Meski waktu terus berlalu, kasih.

Andai aku jadi senja, ku hiasi senyummu
Walau hanya sementara, tanpa luka tersisa,
Hanya ada cinta yang menyala dalam mata,
Andai aku bisa, takkan pernah ku biarkanmu terluka.

Andai semua ini bisa ku wujudkan,
Ku peluk hatimu erat tanpa keraguan,
Hanya untuk sesaat, menciptakan bahagia,
Tanpa ada kata perpisahan.

Andai aku jadi senja, ku hiasi senyummu
Walau hanya sementara, aku ingin kita bersama,
Tanpa luka, tanpa air mata,
Andai… aku bisa mencintaimu selamanya.

Menunggu di Dalam Rindu
(Puisi 009)
Sepi terasa saat kau tak di sini,
Hanya suara kalbu dan irama lagu menemani,
Setiap nada membawa ingatan tentangmu,
Hari-hariku kini penuh dengan bayangmu.

Tak kuat rasanya memendam rindu ini,
Semua tentangmu memenuhi jiwa yang sunyi,
Ingin ku luapkan segala isi hatiku,
Namun kini, ku harus menunggu.

Sampai Tuhan izinkan kita bertemu lagi,
Walau waktu tak bisa kupercepat, aku akan menanti,
Walau rasa ini terlambat tuk disampaikan,
Aku tak takut, semua telah diatur oleh-Nya.

Walau ada seseorang di hatimu kini,
Ku tetap percaya, ini semua takdir Ilahi,
Meski tak bisa ku dekat denganmu,
Tuhan selalu menjaga hatiku yang setia.

Tak perlu ku khawatir, tak perlu ku ragu,
Tuhan bersama kita, meski kau jauh di sana,
Mungkin ini bukan waktu yang tepat,
Tapi ku yakin semuanya telah tertata rapat.

Sampai Tuhan izinkan kita bertemu lagi,
Walau waktu tak bisa kupercepat, aku akan menanti,
Walau rasa ini terlambat tuk disampaikan,
Aku tak takut, semua telah diatur oleh-Nya.

Walau kau tak bersamaku saat ini,
Tuhan selalu ada, menjaga setiap mimpi,
Rasa ini takkan pudar walau waktu berlalu,
Ku yakin, kau dan aku ada dalam rencana-Nya selalu.

Tuhan akan selalu bersamaku, walau kau tak di sini,
Tuhan akan menjagaku, walau kau tak bisa menemani,
Aku yakin ini yang terbaik dari Tuhan,
Sampai waktunya tiba, kita akan bersama dalam cinta yang abadi.

Bidadari Tanpa Sayap
(Puisi 010)
Aku ingin menuliskan cerita,
Tentang rindu yang tak pernah pudar,
Tentang dirimu yang selalu hadir
Dalam mimpi, menyapa lembut di hati.

Kau, bidadari tanpa sayap,
Dalam khayalku, kau tetap abadi,
Meski tak bisa kumiliki,
Hatiku terus berharap, menunggu kedatanganmu.

Bidadariku, jika kau kembali,
Ijinkan aku mencintaimu sekali lagi,
Menemani dalam kebersamaan abadi,
Tak bertepi, hanya ada kita di sini.

Ceritaku selalu tentangmu,
Setiap rindu tersusun rapi untukmu,
Walau kau jauh dan tak kumiliki,
Hatiku tetap ingin kau di sisi.

Kamu, bidadari yang tak bersayap,
Meski jauh, cinta ini tetap teguh,
Rinduku takkan pernah berhenti,
Walau kau tak ada di sini, jauh di mata.

Bidadariku, jika kau kembali,
Ijinkan aku mencintaimu sekali lagi,
Menemani dalam kebersamaan abadi,
Tak bertepi, hanya ada kita di sini.

Jika takdir mempertemukan kita lagi,
Ku ingin mencintaimu tanpa henti,
Bersama dalam pelukan yang tak terpisah,
Tanpa akhir, tanpa jarak yang memisah.

Bidadariku, jika kau kembali,
Ijinkan aku mencintaimu sekali lagi,
Takkan ada rindu yang tersisa,
Karena kau selalu di hati selamanya.

Itulah 10 puisi cinta dan rindu (bersambung…)


Eksplorasi konten lain dari Bernard Simamora

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.