Andai aku jadi angin, kekasihku,
Kan kutitipkan rindu pada semilir senja,
Menyentuh hatimu di sela sepi,
Menghapus jarak nan hening membisu.

Andai aku jadi air, kekasihku,
Kan kuhanyutkan luka di arusnya,
Membawa pergi pedih dan lara,
Membiarkan semua menghilang sirna.

Namun aku hanyalah manusia,
Tak mampu menjadi apa pun selain mencintaimu,
Dengan segenap rasa yang tak pernah pudar,
Meski waktu terus berlalu tanpa menunggu.

Andai aku jadi senja, kekasihku,
Kan kuhiasi wajahmu dengan cahaya lembut,
Menghapus kelam tanpa luka tersisa,
Menyisakan hanya cinta yang tetap menyala.

Andai aku jadi bintang di langit malam,
Kan kusinari langkahmu di jalan kelam,
Menuntunmu melewati belantara dingin,
Hingga kau temukan hangat pelukku.

Namun aku hanyalah manusia,
Tak mampu menjadi apa pun selain mencintaimu,
Dengan segenap rasa yang tak pernah hilang,
Meski waktu terus berlalu tanpa kembali.

Andai semua ini bisa kuwujudkan,
Kan kupeluk hatimu erat tanpa ragu,
Menciptakan bahagia di tiap hela napas,
Tanpa pernah ada kata perpisahan.

Andai aku bisa, kekasihku,
Kan kucinta dirimu selamanya,
Tanpa luka, tanpa air mata,
Dalam pelukan waktu yang abadi.

Andai aku bisa…

(BSUM, Maret 2025)