Suatu hari Udin dan Paijo ikut berlayar dengan kapal pesiar yang berpenumpang beragam manusia dari berbagai penjuru dunia.
Disamping Udin dan Paijo terlihat kerumunan orang yang sedang berdialog.
Tiba-tiba seorang bule yang berdiri di samping Udin membuang sekarung uang dollar. Tentu saja Udin dan yang lainnya kaget.
“Tenang saudara-saudara. Di negaraku adalah gudangnya dollar,” jelas si bule dengan bangga.
Baru saja selesai pemandangan yang mengejutkan Udin, tiba-tiba seorang pria Arab membuang sekarung emas.
Udin tambah terpelongo melihat pemandangan itu, begitupun yang lainnya.
“Tenang saja nggak usah heran, karena negara ane gudangnya emas,” kata si pria Arab.
Udin yang dari tadi melihat pemandangan itu punya inisiatif dan ingin membanggakan negaranya.
Tiba-tiba Udin menarik pria yang dikenal sebagai pejabat korup dan menceburkannya kelaut.
Belum ditanya Udin pun menjawab dengan bangganya,” tenang saudara-saudara. Negara saya Indonesia gudangnya koruptor”.
Kali ini Paijo juga ingin membanggakan negaranya, Indonesia, tapi ia tidak menceburkan manusia ke laut.
Paijo menceburkan satu koper surat-surat penting negaranya.
Orang-orang bertanya keheranan, mengapa pria ini membuang surat-surat penting.
Paijo dengan enteng menjawab, “Negara saya gudangnya peraturan; TAP MPR, Undang-Undang, Perpu, PP, Perda, dan lainnya, tetapi hanya di atas kertas. Pelaksanaannya sesuai selera dan kepentingan pemimpin. Lihat saja gampangnya mengeluarkan SP3 dan SKPP” (A01)
Eksplorasi konten lain dari Bernard Simamora
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.