Kutitip Rindu di Langit Senja
Kepadamu yang telah pergi jauh,
Kutitip rindu pada langit senja yang teduh,
Seindah matamu yang tak pernah pudar,
Merah jingga membawaku dalam hangat yang sabar.

Layaknya gelap dan terang bertemu,
Pertemuan singkat kita terukir syahdu,
Kenangan indah tersimpan dalam jiwa,
Akan ku simpan hingga senja tak ada.

Satu hal yang perlu kau tahu,
Melupakanmu, aku tak mampu,
Ingatan tentangmu serupa mentari,
Walau terbenam, ia akan kembali,
Esok hari, ia datang lagi.

Takkan pernah ku lupa, kasih,
Segala cerita yang pernah kita bagi,
Pertemuan yang indah walau sejenak,
Masih terpatri dalam relung yang tak retak.

Biar kenangan tetap ku miliki,
Meski kau tak lagi di sini,
Rinduku pada senja, pada dirimu,
Akan selalu hadir di setiap waktu.

Satu hal yang perlu kau tahu,
Melupakanmu, aku tak mampu,
Ingatan tentangmu serupa mentari,
Walau terbenam, ia akan kembali,
Esok hari, ia datang lagi.

Seperti senja yang tak pernah lupa,
Kau adalah cahayaku yang takkan sirna,
Meski waktu memisahkan kita,
Rindu ini takkan pernah hilang selamanya.

Satu hal yang perlu kau tahu,
Melupakanmu, aku tak mampu,
Karena ingatan tentangmu serupa mentari,
Walau ia pergi, esok ia kembali,
Dan rinduku takkan pernah berhenti.

Rindu yang Tak Pernah Berhenti
Pulanglah, sayang,
Hatiku masih setia menunggu,
Bagaimana kujelaskan rindu,
Yang terbelenggu, tak mampu terucap oleh waktu.

Janganlah tersesat, sayang,
Biarkan cinta membawamu pulang,
Kedalam pelukanku yang takkan lelah,
Menanti hadirmu di setiap langkah.

Tidakkah hatimu merasa sepi?
Rinduku selalu bersamamu, menemani,
Hari-hari tanpamu, separuh jiwaku hilang,
Aku mencarimu, ke negeri-negeri jauh ku terbang.

Aku memburu bayangmu, kasih,
Walau jarak memisahkan, ku tetap gigih,
Berikan kabar indah untukku,
Tentang rindu kita yang tak pernah jemu.

Janganlah tersesat, sayang,
Biarkan cinta membawamu pulang,
Kedalam pelukanku yang takkan lelah,
Menanti hadirmu di setiap langkah.

Tidakkah hatimu merasa sepi?
Rinduku selalu bersamamu, menemani,
Hari-hari tanpamu, separuh jiwaku hilang,
Aku mencarimu, ke negeri-negeri jauh ku terbang.

Agar cinta ini terus bersanding,
Dengan waktu yang tak pernah berhenti mengalir,
Rinduku tak akan pernah pudar,
Menunggu hadirmu yang selalu ku sabar.

Pulanglah, sayang, hatiku menanti,
Dalam rindu yang tak pernah berhenti,
Bersama waktu, ku ingin kau kembali,
Menutup jarak, dalam cinta yang abadi.

Dengan Segenap Hati
(Puisi 013)
Dalam setiap langkah, ku berjanji setia,
Kepadamu, Tuhan, hidupku ku persembahkan,
Dengan segenap hati, segala usaha ku curahkan,
Untuk-Mu, dalam tugas besar atau kecil.

Di bawah sinar kasih-Mu yang abadi,
Ku prioritaskan waktu untuk-Mu dan sesama,
Kau ajarkan arti hidup yang sejati,
Menjaga diri dan bekerja dengan penuh tekun.

Dengan segenap hati, ku berusaha tiada henti,
Hanya untuk memuliakan nama-Mu,
Mengatur hidup agar selaras dengan kasih-Mu,
Berikan yang terbaik, ya Tuhan, untuk-Mu.

Dalam setiap janji dan tanggung jawab,
Engkau selalu menuntun langkahku,
Beristirahat, makan, dan tidur dalam aturan-Mu,
Semua untuk menghidupi rencana-Mu yang indah.

Dengan hikmat-Mu, ku tata setiap langkah,
Agar dalam tiap tugas, pujian tetap mengalir,
Tak hanya produktif, tapi setia dalam setiap detik,
Menjalani hidup yang memuliakan-Mu dengan tulus.

Waktu yang ku miliki adalah anugerah-Mu,
Ku atur dengan bijaksana untuk mengenal-Mu lebih dalam,
Dalam segala yang ku lakukan, ku berikan yang terbaik,
Agar nama-Mu dipermuliakan di setiap saat.

Dengan segenap hati, ku berusaha tiada henti,
Segala usahaku hanya untuk kemuliaan-Mu,
Mengatur hidup agar selaras dengan kasih-Mu,
Berikan yang terbaik, untuk Engkau ya Tuhanku.

Selamanya Bersamamu
(Puisi 014)
Dalam doa, namamu kusebut,
Memohon agar kau selalu dekat,
Menghadapi dunia, kita bergandeng,
Saling mendukung, dalam setiap langkah.

Kasihku, percayalah pada janji ini,
Setia yang abadi, tertanam dalam hati,
Takkan ku ingkari, komitmen kita,
Cinta ini, kekal dalam waktu.

Cintaku padamu mendalam,
Hanya kau di hatiku yang abadi,
Harapku kau rasakan,
Saling mencintai sepenuh jiwa.

Mari lewati waktu, berdampingan,
Langkah demi langkah, setia hingga senja,
Teman sejati, hingga rambut memutih,
Selamanya, bersama dalam setiap detik.

Percayalah pada cinta ini,
Takkan ku pergi,
Bersama hingga akhir,
Teman hidup, hingga akhir waktu.

Di setiap detik, namamu di hatiku,
Bersamamu, takkan lelahku,
Menemani hingga akhir nanti,
Selamanya, bersamamu.

Karena Kamulah Alasannya
(Puisi 015 oleh : BS, 2020)
Jantungku bergetar hanya karena hadirmu,
Kehilangan malam, ku butuh kehadiranmu,
Pikiranku terombang-ambing, terbelah asa,
Karena kamu, aku masih mampu bernafas.

Aku akan mendaki gunung-gunung tinggi,
Dan menyelami kedalaman samudra,
Hanya untuk berada di sisimu,
Memperbaiki semua yang retak,
Karena kamu, kamulah alasannya.

Tanganku bergetar, hatiku berdarah,
Aku memerlukanmu di saat ini,
Jika waktu bisa kuputar kembali,
Akan kuhapus kegelapan, menjaga kamu.

Aku akan mendaki gunung-gunung tinggi,
Dan menyelami kedalaman samudra,
Hanya untuk berada di sisimu,
Memperbaiki semua yang retak,
Karena kamu, kamulah alasannya.

Tak ingin bertengkar atau bersembunyi,
Kembalilah, peluk aku malam ini,
Sedikit lebih dekat, aku hanya ingin kamu dekat.

Aku akan mendaki gunung-gunung tinggi,
Dan menyelami kedalaman samudra,
Hanya untuk berada di sisimu,
Memperbaiki semua yang retak,
Karena kamu, kamulah alasannya.

Cinta Abadi
(Puisi 016)
Jika kau mencintai sepenuh hati,
Kau akan selalu ada, takkan pergi.
Di segala situasi, dalam segala rupa,
Tak pernah lelah, setia tanpa tara.

Dalam suka atau duka, kau di sini,
Menjalani hari dengan penuh cinta.
Saat sakit atau sehat, tetap setia,
Cinta tulusmu, takkan pernah berubah.

Cinta abadi, tak terpengaruh waktu,
Dalam setiap momen, kau selalu ada.
Miskin atau kaya, cinta takkan pudar,
Susah atau senang, ia tetap bersinar.

Di tengah tawa dan air mata,
Kau berikan hatimu sepenuhnya.
Meski badai datang, mengguncang jiwa,
Cinta teguh, tak tergoyahkan oleh waktu.

Cinta abadi, tak terpengaruh waktu,
Dalam setiap momen, kau selalu ada.
Miskin atau kaya, cinta takkan pudar,
Susah atau senang, ia tetap bersinar.

Cinta sejati, bukan sekadar kata,
Namun tindakan nyata di setiap waktu.
Selalu mendukung tanpa syarat,
Dengan cinta tulus dan hangat.

Jika kau mencintai sepenuh hati,
Kau akan selalu ada, takkan pergi.
Dalam setiap keadaan dan waktu,
Cinta abadi, takkan pernah pudar.

Kesempatan Kedua
(Puisi 017)
Kekasihku, dengarlah suara hati ini,
Penuh penyesalan, penuh rasa sakit.
Telah ku sakiti, melukai hatimu,
Maafkan aku, beri kesempatan untuk kembali.

Berikan aku kesempatan kedua,
Untuk menebus segala dosa yang ada.
Tanpamu, hidupku terasa hampa,
Kembali padaku, aku sangat membutuhkanmu.

Jika kau mau, maafkanlah aku,
Kasih kesempatan kedua di hatimu.
Kan kubuktikan cinta sejati,
Engkaulah satu-satunya di hidupku.

Kuperharap kau akan kembali,
Lupakan kesedihan, mari mulai baru.
Bahagia kita bersama,
Membuka lembaran baru, penuh harapan.

Berikan aku kesempatan kedua,
Untuk menebus segala dosa yang ada.
Tanpamu, hidupku terasa hampa,
Kembali padaku, aku sangat membutuhkanmu.

Jika kau mau, maafkanlah aku,
Kasih kesempatan kedua di hatimu.
Kan kubuktikan cinta sejati,
Engkaulah satu-satunya di hidupku.

Takkan ku sia-siakan,
Keberanian hati dan cintamu.
Kekasih sejati, tiada duanya,
Ku inginkan kamu selamanya, dalam hidupku.

Rindu Dalam Kesepian
(Puisi 018)
Apalah arti mimpi indah,
Ketika malam hening tanpa suara?
Kucari hadirmu dari fajar hingga senja,
Seperti bulan tanpa cahaya, kehilangan sinar.

Waktu ini gelap, tak bertepi,
Membenamkan harapan dan rasa.
Dalam kesia-siaan yang menyiksa,
Hatiku merindu, jiwaku terluka.

Adakah yang lebih berduka dari hati yang rindu?
Saat hasrat melihatmu menyelimuti seluruh jiwa,
Betapa ingin kulihat wajahmu di tengah kesepian,
Yang kini menyelimuti dalam kesendirian yang mendalam.

Malam terasa sepi tanpa dirimu,
Waktu bergerak lambat, terasa hampa.
Di setiap desah nafas, namamu kusebut,
Namun hanya bayanganmu yang kutemui.

Waktu ini gelap, tak bertepi,
Membenamkan harapan dan rasa.
Dalam kesia-siaan yang menyiksa,
Hatiku merindu, jiwaku terluka.

Adakah yang lebih berduka dari hati yang rindu?
Saat hasrat melihatmu menyelimuti seluruh jiwa,
Betapa ingin kulihat wajahmu di tengah kesepian,
Yang kini menyelimuti dalam kesendirian yang mendalam.

Dalam malam yang membeku,
Kucoba meraih bintang di langit.
Namun hanya kesepian yang kutemui,
Di antara keinginan dan realita yang jauh.

Adakah yang lebih berduka dari hati yang rindu?
Saat hasrat melihatmu menyelimuti seluruh jiwa,
Betapa ingin kulihat wajahmu di tengah kesepian,
Yang kini menyelimuti dalam kesendirian yang mendalam.

Dalam kesia-siaan ini, aku menantimu,
Hati yang rindu selalu menunggumu.
Hingga hari kita bertemu kembali,
Di antara mimpi dan realita, aku akan terus mencintaimu.

Dalam Pelukan Cinta
(Puisi 019)
Jika cinta ini dapat terungkap,
Setiap detak jantungku bersamamu,
Tak ada hari tanpa namamu,
Kaulah sinar di malamku yang pekat.

Bersamamu, dunia terasa berbeda,
Segala rasa menjadi sempurna.
Tiada yang bisa menggantikanmu,
Kau selamanya di hatiku, abadi.

Cintaku padamu takkan pudar,
Seindah mentari yang abadi.
Bersamamu, dunia ini terasa indah,
Selamanya kita, dalam pelukan cinta.

Setiap tawa yang kita bagi,
Mengisi relung hati yang kosong.
Saat kau ada di sisiku,
Segala duka berubah menjadi syahdu.

Bersamamu, waktu seakan berhenti,
Setiap detik, ku ingin kau di sini.
Hanya engkau yang mampu mengisi,
Kekosongan dalam hatiku ini.

Cintaku padamu takkan pudar,
Seindah mentari yang abadi.
Bersamamu, dunia ini terasa indah,
Selamanya kita, dalam pelukan cinta.

Tak ada yang mampu memisahkan,
Cinta ini kuat, takkan tergoyahkan.
Di setiap hembusan nafas, kau yang kuingat,
Kau adalah mimpi yang tak pernah usai.

Cintaku padamu takkan pudar,
Seindah mentari yang abadi.
Bersamamu, dunia ini terasa indah,
Selamanya kita, dalam pelukan cinta.

Dalam pelukanmu, ku temukan arti,
Cinta sejati yang takkan mati.
Selamanya, ku akan mencintaimu,
Hingga akhir waktu, hanya kau di hatiku.

Dalam Bayang Rindu
(Puisi 020)

Mengapa harus ku merindu,
Saat hatimu tak lagi untukku?
Mengapa ku terus menunggu,
Sedang kau bahagia di duniamu?

Haruskah ku lepaskanmu?
Meski hatiku menolak kau berlalu.
Beribu malam ku tangisi,
Cinta yang dulu hanya milikku.

Aku berharap, meski tanpa kepastian,
Berdoa, walau kau anggapku tak ada.
Menanti di tengah kecewa,
Tetap mencintaimu, meski kau acuh begitu saja.

Aku tak ingin sendiri,
Walau kau sengaja tinggalkan diriku.
Haruskah aku pergi,
Walau hatiku tak sanggup mengakhiri semua ini?

Untuk bahagiamu, ku korbankan hati,
Tak rela melihatmu sendiri.
Kini ku coba untuk tak berharap lagi,
Namun rindu ini terus menghampiri.

Aku berharap, meski tanpa kepastian,
Berdoa, walau kau anggapku tak ada.
Menanti di tengah kecewa,
Tetap mencintaimu, meski kau acuh begitu saja.

Walau ku paksa hati ini berhenti,
Namun cintaku tak mampu pergi.
Hanya bisa menangis di malam sunyi,
Saat bayangmu datang dalam mimpi.

Aku berharap, meski tanpa kepastian,
Berdoa, walau kau anggapku tak ada.
Menanti di tengah kecewa,
Tetap mencintaimu, meski kau acuh begitu saja.

Ku bertahan dalam rindu yang tak bertepi,
Untuk cinta yang tak bisa ku lepaskan.
Maafkan aku, ku masih di sini,
Walau kau tak pernah kembali.

(bersambung ke Kumpulan Puisi Pribadi Ke 21-30)


Eksplorasi konten lain dari Bernard Simamora

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.