Seingat saya, terakhir mengunjungi candi, yang masuk ke dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO ini sekitar tahun 1995. Akhir tahun 2012 berkesempatan untuk mengulang kunjungan yang sama. Setelah 17 tahun, penasaran juga, seperti apa sekarang keadaan Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini.
Pengunjung begitu membludak. Tidak hanya dari dalam negeri, wisatawan asing juga berbondong-bondong untuk bisa menyaksikan megahnya Candi Borobudur ini. Di tahun ini misalnya, candi Buddha terbesar di dunia ini sudah dikunjungi 250 ribu wisatawan mancanegara. Saat ini, candi brorbudur dikelola PT Taman Wisata Candi Borobudur, dan sudah resmi meluncurkan online ticketing untuk turis mancanegara.
Candi Borobudur sebagai candi Buddha terbesar di dunia ibarat lampu, sementara wisatawan adalah laron. Jumlah wisatawan yang mengunjungi candi ini terus meningkat. Saat Gunung Merapi erupsi di tahun 2010 maupun beberapa waktu setelah itu, Candi Borobudur sempat tutup beberapa lama. Saat itu, Candi Borobudur tertutup abu Gunung Merapi.
Pihak UNESCO, pemerintah Indonesia, dan Friends of Borobudur yang terdiri dari berbagai donator belahan dunia, maupun penduduk setempat dan masyarakat Indonesia, bahu-membahu membersihkan Candi Borobudur. Bukan pekerjaan rumah yang mudah. Perlu waktu yang lama sampai akhirnya Candi Borobudur dibuka dan setiap lantainya hingga lantai teratas terbuka untuk masyarakat umum.
Agar wisata lebih berbobot, sekaliguas mengapresiasi dan turut melestarikan candi yang merupakan salah satu keajaiban dunia ini, perlu diperhatikan beberapa hal.
Pertama, sebaiknya pengunjung didampingi pemandu wisata. Tak lengkap jika mengunjungi candi ini hanya untuk foto-foto saja. Pengetahuan dan sejarah di balik candi tersebut sangat menarik dan memperkaya wawasan. Ada banyak pemandu wisata local di Candi Borobudur. Masing-masing pemandu wisata memiliki gaya dan cara penyampaian kisah Candi Borobudur sendiri-sendiri, sehingga Anda selalu mendapatkan wawasan tambahan maupun pengalaman baru.
Kedua, dalam kunjungan dalam kelompok, Pihak Candi Borobudur akan mengatur kunjungan secara kelompok dengan jumlah minimal 30 orang. Setiap kelompok akan didampingi petugas yang akan mengarahkan jalur kunjungan selama di Candi Borobudur.
Ketiga, jalur kunjungan ke Candi Borobudur kini yang disesuaikan dengan jam kunjungan. Terdapat dua jalur kunjungan yaitu jalur kuning dan jalur hijau. Hal ini agar mengatur pergerakan wisatawan sehingga tidak menumpuk di satu tempat.
Keempat, baju yang dipakai sebaiknya gunakan bahan katun yang nyaman. Jika Anda datang di pagi hari, ada baiknya membawa jaket karena udaranya yang lumayan dingin. Hindari menggunakan sepatu atau sandal hak tinggi, maupun sepatu kulit. Gunakan sandal atau sepatu yang nyaman untuk jalan kaki. Setiap pengunjung dewasa wajib menggunakan kain sarung yang telah disediakan. Setelah selesai menjelajahi Candi Borobudur, jangan lupa kembalikan kain sarung bermotif batik tersebut.
Kelima, jangan memanjat dan duduk di stupa. Ada banyak stupa dan patung di Candi Borobudur. Janganlah memanjat stupa, relief, maupun patung yang terdapat di dalamnya. Jangan pula duduk di atasnya. Sebenarnya tanda petunjuk untuk larangan ini sudah terpampang jelas, namun wisatawan masih banyak yang melanggarnya. Selain sebagai bentuk penghargaan terhadap Candi Borobudur, hal ini juga bagian dari pelestarian. Jangan lupa, batu-batu ini sudah berumur sangat tua dan pelan-pelan mulai terkikis.
Keenam, jangan membuang sampah sembarangan, atau merokok di area Candi Borobudur, dan mencoret-coret candi. Juga, jangan membawa makanan, senjata tajam, alat musik, dan hewan.
Waktu berkunjung, mulai dari jam 6 pagi hingga jam 5 sore. Sebaiknya datang di bulan Juni, Juli, atau Agustus. Sebab, di bulan-bulan ini cuaca cenderung cerah. Namun, Candi Borobudur selalu cantik dikunjungi kapan pun.
Sekilas Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah K?madh?tu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan di Indonesia. Begitu pun saya, dapat melihat sisi Borobudur yang lebih menarik dikunjungan kedua ini. Rasanya, tidak bakal ada jemunya mengunjungi Borobudur yang keberapa kali pun.
Berharap, Candi Borobudur dirawat dan diurus dengan baik oleh manajemennya dan pemerintah, serta diapresisasi pengunjungnya sebagai sebuah kemegahan kemanusiaan, kemegahan bangsa, dan salah satu pilar untuk bergumam “Aku bangga jadi orang Indonesia dengan segala kemegahan dan keberagamannya, sebaimana Candi Borobudur ada di bumi Indonesia” oleh orang Indonesia.
Lihat juga http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
Eksplorasi konten lain dari Bernard Simamora
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.