Penolakan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak dilakukan bukan semata karena tidak suka dengan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penolakan dilakukan semata-mata untuk menyelamatkan bangsa dari tekanan lembaga ekonomi global.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam Silaturahmi Nasional Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR dan FKB DPRD di Jakarta, Minggu (18/5). Penolakan kenaikan harga BBM dilakukan sebagai perlawanan atas tekanan dan intervensi Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, serta Organisasi Perdagangan Dunia yang memaksakan harga BBM di Indonesia sesuai dengan harga di pasaran global.
Padahal, katanya, hasil minyak mentah Indonesia dihargai rendah oleh pasaran dunia. Selanjutnya saat diimpor dalam bentuk minyak olahan, harganya menjadi berlipat ganda. Ketidakadilan sistem ekonomi serta tata niaga minyak dan gas dunia ini sudah berlangsung sejak lama.
”Tekanan ketiga organisasi keuangan dan perdagangan global itu membuat Indonesia harus bergantung pada harga minyak dunia,” kata Gus Dur.
Penolakan rencana pemerintah menaikkan harga BBM dan pembagian bantuan langsung tunai (BLT) juga disampaikan oleh seluruh anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPR dan DPRD se-Indonesia. Penolakan itu dibacakan Ketua FKB DPRD Jawa Timur Dja’far Shodiq.
FKB DPR dan DPRD se-Indonesia menilai pemerintah tidak jujur dalam menaikkan harga BBM. Alasan pemerintah menurunkan subsidi BBM untuk dialihkan ke masyarakat miskin dianggap bohong karena dalam APBN Perubahan 2008 pemerintah tetap membayar bunga obligasi rekapitulasi perbankan senilai Rp 65 triliun, jauh lebih besar daripada subsidi BBM yang diberikan.
Pemberian BLT juga dianggap tidak akan membantu keuangan keluarga miskin. (MZW)
sumber : kompas