Sekitar seratus orang dari elemen mahasiswa, buruh, dan ibu rumah tangga yang tergabung dalam Persatuan Rakyat Kalimantan Barat (PRKB) , Rabu (21/5), memperingati seabad Hari Kebangkitan Nasional dengan berdemonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Menurut mereka, tonggak bersejarah kelahiran Budi Oetomo, 20 Mei 1908, merupakan bukti nyata kaum muda Indonesia turut andil untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penindasan kolonialisme. Setelah 100 tahun Kebangkitan Nasional, ternyata rakyat Indonesia masih belum lepas dari penindasan.
“Sekarang inflasi dan harga kebutuhan pokok melambung tinggi, penduduk miskin bertambah, angka pengangguran meningkat, serta biaya sekolah dan kesehatan makin mahal. Di saat seperti ini, justru pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga BBM yang semakin menjadi beban bagi rakyat,” kata Humas Aksi Muhaimin.
Dengan kondisi ini, PRKB mengajak rakyat menggalang kekuatan untuk bangkit bersama menolak kenaikan harga BBM, menurunkan harga sembako dan mengembalikan kedaulatan pangan, menasionalisasi aset-aset negara yang dikuasai pihak asing, menolak utang luar negeri baru, serta menuntut penyitaan harta koruptor.
Massa demonstran yang memulai aksi pukul 9.00 di Bundaran Universitas Tanjungpura, bergerak menuju kantor Gubernur. Di sana perwakilan demonstran sempat diterima berdialog dengan Gubernur Kalbar Cornelis. Dalam dialog itu, demonstran meminta gubernur menyampaikan sikap rakyat Kalbar kepada pemerintah pusat, yang isinya menolak kebijakan pemerintah pusat menaikkan harga BBM.
Usai dialog, Koordinator aksi Dedy menyatakan kekecewaannya karena gubernur tidak berani menyampaikan aspirasi itu ke pemerintah pusat. Sekitar pukul 11.00 massa demonstran membubarkan diri.
sumber: kompas