Dari sebuah event pemilihan Putri Indonesia ada sebuah cerita yang tidak ter-ekspos.

Cerita ini terjadi pada babak wawancara dengan kontestan yang ternyata kemudian jadi Putri Indonesia.

“Siapa tokoh idola Anda?”, salah seorang Juri bertanya kepada peserta dari DKI.

“Ehm.. sebagai seorang yang nasionalis, saya mengidolakan orang Indonesia. Dia adalah Pangeran Diponegoro.”, begitu mantap dan meyakinkan kata-kata yang meluncur dari putri DKI ini. Juri begitu terkesan dan kagum pada gadis cantik dan muda seperti dia yang ternyata sangat nasionalis dan bangga dengan tokoh dalam negeri.

Kemudian Juri melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan-ringan saja, “Kalau begitu, Anda pasti tahu kapan Pangeran Diponegoro meninggal kan?”

“Appaa ??? Meninggaaalll ???… Innalillaahi …”. Sang putri terbata-bata dan penuh rasa kaget.

Tentu saja Juri ikut-ikutan kaget dan kecewa dengan reaksi putri DKI itu. Singkat cerita, tanya jawab itu selesai sudah. Tapi, tidak demikian dengan sang putri DKI. Kabar mengenai meninggalnya Pangeran Diponegoro sangat menyedihkan hatinya. Sampai di luar ruangan, dia bergegas menemui salah seorang peserta lainnya, dari Yogya.

Tanpa menunda waktu, putri DKI mengkonfirmasi kebenaran berita meninggalnya sang idola, Pangeran Diponegoro. “Mbak, maaf ya… apa benar sih Pangeran Diponegoro sudah meninggal ?”, tanya putri DKI kepada putri Yogya. Tentu saja pertanyaan itu menggelikan bagi putri Yogya, tapi, bagaimanapun dijawabnya juga, “Lho, kan sudah lama, masa mbak nggak tahu sih?”

Putri DKI langsung memotong, “Ooo, sudah lama ya, kok saya belum pernah dengar ya? Kapan sih mbak ???” Dengan menahan geli, putri Yogya menjawab, “Yaa sekitar delapan belas tigapuluh (1830) mbak.”

Kembali putri DKI memotong, “Haahh… Delapan belas tiga puluh ???, habis maghrib dong … !!!!” (A-01)


Eksplorasi konten lain dari Bernard Simamora

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.