JAKARTA – Arif Mirdjaja selaku Direktur Forum Kajian Lintas Agama dan Budaya (CFIRST) menganggap penolakan terhadap kehadiran Tim Nasional (Timnas) Israel dalam ajang Piala Dunia U-20 yang terjadi belakangan ini, tidak mewakili wajah Indonesia.
Menurut Arif, sepakbola adalah ranah olahraga, yang seharusnya tidak dicampur aduk dengan persolaan politik internasional.
“Kedatangan timnas U-20 Israel dilindungi aturan internasional dan FIFA. Demikian juga Indonesia sebagai tuan rumah, memiliki dasar untuk menjamin keamanan peserta dan perhelatan piala dunia U-20,” ujarnya kepada wartawan, Senin (27/03/2023).
Arif menilai penolakan tersebut tidak menggambarkan aspirasi sepakbola Indonesia. Bahkan cenderung dimanfaatkan oleh kelompok tertentu yang terus-menerus mencari sentimen sektarian.
“Secara politik penolakan terhadap Israel sesungguhnya tidak relevan. Apalagi negara-negara Arab yang mayoritas Islam sudah banyak yang menjalin perdamaian dengan Israel, terutama pasca disepakatinya Abraham Accord,” ujarnya.
Lanjut Arif, bahkan banyak negara sudah mengakui kedaulatan Israel dan saling membuka kedutaan. Misalnya, Bahrain, Uni emirat arab, Sudan dan Maroko telah mempunyai hubungan diplomatik. Sementara Jordan, Mesir, dan Turki sudah lebih dulu memiliki hubungan diplomatik dan sangat terbuka dengan Israel.
“Jadi sangat jelas sekali bahwa penolakan timnas U-20 Israel ke Indonesia tidak relevan dengan situasi kekinian,” jelas pria yang juga aktivis 98 ini.
Untuk urusan lokasi pertandingan, Arif menilai, Papua dan Manado bisa dan pasti bersedia menjadi tuan rumah untuk pertandingan timnas Israel.
“Kalau urusan lokasi pertandingan, saya yakin saudara saudara kita di Manado dan Papua bersedia jadi tuan rumah untuk pertandingan timnas Israel, Papua sudah punya stadion standar international yang layak untuk dipakai,” pungkasnya.
The post Arif Mirdjaja : Kehadiran Timnas Israel Seharusnya Tidak Dicampuraduk Dengan Politik Internasional first appeared on Majalah Hukum.