Beranda Christianity Allah Memampukan Kita Menuju Tujuan Akhir

Allah Memampukan Kita Menuju Tujuan Akhir

213

jangan-menyerahOleh Bernad Simamora

Perjalanan menuju sebuah akhir memang tidak mudah. Apalagi bila perjalanan yang ditempuh menuju akhir ternyata menanjak, sehingga perjuangan pun akan semakin berat dan sangat melelahkan. Jadi bisa terbayangkan, demi memenangkan sebuah perlombaan, seorang atlet pelari jarak jauh harus terus bertahan dari kelelahan yang terus mendera. Ia juga harus mampu mengatasi godaan hebat untuk segera berhenti di tengah perjalanan. Namun ketika ia mampu mencapai akhir dari sebuah perjalanan yang jauh, segala penderitaan hilang seketika tergantikan sukacita dan rasa syukur tak terkira.

Untuk menemukan dan menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang, Thomas Alfa Edison konon mengalami kegagalan sebanyak 9.994 kali dan baru berhasil pada percobaannya yang ke 9.995. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya, ”Apa kunci kesuksesannya?” Edison menjawab, “Saya sukses, karena saya telah kehabisan apa yang disebut kegagalan”.

Saat ditanya bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Edison, pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric (GE) ini menjawab, “Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.” Dan memang kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan.

Saat ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Edison menjawab: “Dengan kegagalan tersebut, saya malah mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala”Edison memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif. Kegagalan bukan sebagai kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar lampu tidak menyala.

Edison hanya mengenyam pendidikan formal selama 3 bulan. Kenapa? Karena sang guru tidak sanggup mengajar Tommy (panggilan Thomas Alfa Edison kecil). Sampai gurunya memberikan secarik kertas untuk di berikan kepada ibunya. Isi suratnya mengatakan, “Tommy, anak ibu, sangat bodoh. Kami minta ibu mengeluarkannya dari sekolah,” begitu kata yang di tulis oleh gurunya.

Dengan bimbingan Ibunya, yang mengajar sendiri di rumah. Dipecat dari sekolah, Edison tidak pernah putus asa, dan malah dengan leluasa dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Selain menemukan lampu pijar, Edison juga menghasilkan penelitian pendeteksi pesawat terbang, penghancur periskop dengan senjata mesin, mendeteksi kapal selam, menghentikan torpedo dengan jaring, menaikkan kekuatan torpedo, kapal kamuflase, dan masih banyak lagi. Edison dipandang sebagai salah seorang pencipta paling produktif, memegang rekor 1.093 penemuan yang dipaten atas namanya.

Menurut Edison, kebanyakan kegagalan hidup berasal dari orang yang tidak menyadari betapa sudah dekatnya mereka pada kesuksesan saat mereka memutuskan untuk menyerah. Edison meyakini, jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. Ia mengaku tidak pernah patah semangat, karena setiap usaha yang salah adalah satu langkah maju. Sedangkan pecundang adalah orang yang menyerah dan tidak sadar kalau mereka sudah hampir meraih kesuksesan sebelum menyerah. Padahal, kesempatan emas seringkali dilewatkan banyak orang karena selintas terlihat seperti hal yang biasa-biasa dan sepele saja.

Sebagai seorang Kristen, kita pun sedang melakukan sebuah perjalanan iman menuju akhir (parousia). Dalam perjalanan hidup, apa pun profesi dan posisi kita, tentu saja pernah atau sering menemukan kegagalan dalam berbagai bentuk dan beragam intensitas. Mengalami kegagalan demi kegagalan, bagaimana pun sangat menguras energi, menguji kesabaran, dan malah menimbulan kekesalan, kebosanan, dan kejenuhan. Adakalanya kita harus menghadapi fase perjalanan yang mudah dan menyenangkan, sehingga kita bisa tertawa dan senang. Namun adakalanya kita pun hampir menyerah dan nyaris merasa putus asa dan menangis karena beratnya perjalanan iman, di mana masalah-masalah yang harus kita hadapi teryata sangat berat dan melelahkan. Tidak pernah ada pembedaan bagaimana kita mengawali komitmen untuk beriman kepada­Nya, sebab yang terpenting adalah bagaimana mengisi perjuangan dalam melakukan perjalanan iman itu sampai menuju akhir.

Alkitab mengajarkan kepada kita, selain tetap bersyukur atas setiap peristiwa hidup, kita juga diajak untuk menyerahkan segala perkara kepada-Nya, karena damai sejahtera-Nya akan senantiasa menyertai hidup kita (Filipi 4:6-7). Sebagai orang kristen, tetaplah berdoa meminta Tuhan memohon kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi segala rintangan. Tuhan akan menolongmu. Di dalam Tuhan, jangan pernah menyerah, dan tetaplah berfikir positif.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati. Amiin !

Disarikan dari Khotbah Sdr. Dina Kharismaningtyas, Minggu 16 Desember 2012 di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Maulana Yusuf Bandung.